Minggu, 21 November 2010

ARTI SEBUAH PERSAUDARAAN

Dalam hidup yang semakin tak menentu ini, telah banyak sekali perubahan terjadi. Khususnya pada prilaku dan cara bepikir manusia. Makin lama semakin bergeser ke arah yang memprihatinkan.

Di mana-mana sering terjadi ketidakpedulian akan nasib dan keadaan sesamanya. Rata-rata tiap orang sibuk, bahkan terlalu cenderung memikirkan diri sendiri. Tak peduli akan kondisi dan keadaan yang ada di sekitarnya.

Hal ini tak lepas dari pengaruh cara bepikir yang maunya enak sendiri, benar sendiri, dan mau menang sendiri. Jarang sekali kita lihat rasa kepedulian yang benar-benar murni karena ingin menolong dan berbagi terhadap sesamanya.

Selalu saja ada embel-embel di balik tindakan yang sedang dilakukan. Yang jelas ujung-ujungnya hanya untuk kepentingan dan keuntungan pribadi atau golongan. Terlalu banyak bumbu-bumbu kemunafikan yang dicampurkan. Terlalu sering kebohongan ditampilkan tanpa rasa malu.

Sejarah Islam telah mencatat dengan tinta emas arti sebuah persaudaraan (ukhuwah). Ketika Rasulullah saw. dan para Sahabat berhijrah dari Makkah ke Madinah, yang pertama kali Beliau lakukan, selain membangun masjid adalah mempertautkan tali persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar. Abdurrahman bin Auf, Sahabat dari Muhajirin, misalnya, dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi dari kalangan Anshar. Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai saudagar yang kaya-raya. Hanya saja, saat berhijrah ia tidakmemiliki apa-apa, karena semua kekayaan dan barang dagangannya ia tinggalkan di Makkah. Melihat saudaranya yang tidak mempunyai apa-apa lagi, Saad bin Rabi berkata kepada Abdurrahman bin Auf, “Saudaraku, aku adalah salah seorang penduduk Madinah yang kaya-raya. Kalau engkau mau, silakan ambil setengah hartaku. Aku juga punya dua orang istri. Engkau boleh memilih, mana yang paling menarik hatimu. Sekarang juga ia akan kuceraikan dan engkau bisa menikahinya.”

Kisah Abdurrahman bin Auf dan Saad bin Rabi yang terkenal di atas hanyalah contoh kecil yang mempresentasikan fenomena persaudaraan ukhuwah antara kaum Muhajirin dan Anshar yang demikian kuat. Mereka tidak hanya saling bersimpati, bahkan saling berempati satu sama lain, yang mewujud dalam bentuk saling berkasih-sayang yang amat tulus.

Tidak seperti saat ini bahwa nilai kemuliaan makhluk yang bernama manusia sudah terkoyak. Oleh kerakusan, kemurkaan, keangkuhan, dan kebodohan manusia itu sendiri.

Sampai kapan prahara ini akan selalu menimpa hidup dan kehidupan kita. Tak ada yang bisa menjawabnya kecuali diri kita sendiri. Ya… semua kembali kepada niat dan kemauan pribadi masing-masing. Dimana ada kemauan, di situ pasti akan ada jalan. Asal semua itu dilakukan dengan dasar keikhlasan dan kemurnian hati yang tulus.

Banyak jalan dan cara untuk berbagi kepada sesama. Banyak jalan untuk menuju persaudaraan yang hakiki. Kita semua bisa… dan pasti bisa untuk jalani hal itu. Yakinlah bahwa, hidup ini akan semakin lebih punya arti dan makna. Jika kita mau untuk saling berbagi dan mengasihi.

Kebahagiaan sejati adalah ketika kita mau memberi. Kedamaian abadi adalah saat kita bisa menerima kenyataan akan perbedaan yang ada. Tiada yang lebih luhur dari saling mengasihi. Dan tiada yang lebih mulia dari saling memberi.

Allah berfirman : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Surah al-Hujurat: 13)

Marilah di dalam usaha kita membina kembali umat, mulai dari kehidupan baru dalam hubungan sesama Islam. Kita menghormati sesama Islam dan menghidupkan kembali suasana persaudaraan di kalangan orang tua, ibu bapak, menghormati anak dan anak menghormati ibu bapak, ketua menghormati anggota begitupun sebaliknya. Peliharalah lidah daripada mengeluarkan kata-kata buruk dan kotor terhadap sesama Islam, inilah akhlak Islam dan marilah kita menghayatinya sepenuh hati.

Perjuangan membina umat perlukan kerjasama setiap anggota umat. Karena itu kita harus mengenali mereka, mencari jalan untuk berkenalan dan diikuti dengan usaha mendapat kerjasama serta dukungan mereka.

Jauhkan hidup yang memisahkan kita dengan umat. Mereka adalah saudara dan sahabat kita. Dapatkan kerjasama semua pihak untuk mensukseskan niat suci kita membina kembali umat dan bangsa yang kita dikasihi.

Ingatlah bahwa usaha membina umat, berjalan atas asas persaudaraan, kasih sayang, kesungguhan dan saling ketergantungan dengan seluruh anggota umat. Justru, kerja yang berat akan menjadi ringan dan yang susah akan menjadi mudah. Kerjasama adalah sebahagian fenomena persaudaraan yang hendak ditegakkan Islam di kalangan umatnya.

Kerjasama itu diteruskan dengan penuh kejujuran dan keikhlasan, akan berkembang mencapai tahap tadhamun yaitu ikatan setia kawan antara umat Islam.

Inilah yang perlu dicapai masyarakat Islam seperti yang dituangkan melalui sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: "Perumpamaan orang beriman di dalam kasih sayang dan prihatin antara mereka adalah seperti satu jasad yang jika sebahagian anggota itu mengadu sakit, ia membawa seluruh jasad itu berjaga malam dan demam." (Hadis riwayat Ahmad dan Muslim)
Mari kita saling berbagi dan saling mengasihi. Semoga damai dan bahagia, akan selalu mewarnai kehidupan kita.

BAZDA KOTA PALANGKA RAYA

BAZDA KOTA PALANGKA RAYA
LOGO BAZ KOTA PLKR

WUJUD PERHATIAN SEKRETARIS II BAZ KOTA P. RAYA

WUJUD PERHATIAN SEKRETARIS II BAZ KOTA P. RAYA

FOTO BARENG ACARA DANA BERGULIR 2009

FOTO BARENG ACARA DANA BERGULIR 2009